Hampir setiap siswa, baik di SD maupun Ibtida’iyah (begitu juga di SMP dan Tsanawiyah), menganggap matematika sebagai pelajaran paling menakutkan. Matematika merupakan pelajaran yang sulit dan melelahkan pikiran. Akibatnya, pelajaran matematika tidak disukai anak-anak. Kalau ini terjadi, wah … bahaya. Sebab matematika adalah landasan utama dari ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Bahkan sekarang, matematika juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ilmu ekonomi, sosial, dan psikologi.

Saat ini, orang tidak bisa terpisahkan dari smartphone atau gawai cerdas. Berbagai macam aplikasi yang memudahkan manusia berkomunikasi lewat smartphone, misalnya, semuanya dirancang melalui rumus-rumus matematika. Belakangan ini dunia seni dan musik pun tidak bisa lepas dari hitung-hitungan matematika. Bentuk binatang, manusia, tumbuhan, buah-buahan dan bahkan alam semesta semuanya dirancang melalui fungsi-fungsi matematika. Pakar fisika Einstein, misalnya, menemukan fenomena-fenomena alam melalui eksplorasi rumus-rumus dan fungsi-fungsi matematika.

Bagaimana konfigurasi elektron dalam inti atom; bagaimana ditemukannya bom atom; bagaimana pesawat luar angkasa mengorbit bumi; bagaimana cahaya berubah jadi listrik; bagaimana alam tercipta; dan lain-lain semuanya bisa diketahui dengan rumus dan fungsi matematika. Karena itu, tidak salah jika pelajaran matematika dianggap sebagai “ibu” dari ilmu pengetahuan.

Nah, sekarang, kenapa anak-anak tidak menyukai matematika? Penyebabnya, mungkin guru yang tidak bisa menarik minat siswa terhadap matematika. Kesulitan dalam belajar matematika bukan disebabkan oleh sulitnya materi pelajaran, melainkan karena cara pengajaran yang tidak mudah dimengerti atau tidak sesuai dengan karakter cara belajar anak-anak. Dengan menggunakan teknik belajar yang tepat, maka pelajaran matematika akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan untuk dipelajari.

Dewasa ini terdapat banyak lembaga yang mengajarkan matematika dengan cara yang unik dan menarik yang dapat memperbaiki kemampuan anak-anak dalam belajar matematika. Lembaga-lembaga ini memiliki teknik yang berbeda-beda untuk membuat pelajaran matematika lebih mudah untuk dikuasai.

Zaman dulu, orang-orang Tionghoa menggunakan “sempoa” untuk mempermudah hitung-hitungan matematika. Sempoa dulu banyak dipakai para pedagang Cina di Pasar Baru atau Glodok untuk menghitung transaksi uang dengan pembelinya. Meski sekarang sudah ada kalkulator, sebagian orang Cina masih memakai sempoa.

Prof. Yohanes Surya, juga mengembangkan metode Gasing (gampang, asyik, menyenangkan) untuk mempermudah pelajaran matematika. Metode gasing ini meliputi penyederhanaan berbagai konsep mulai dari penjumlahan, perkalian, pembagian, desimal, stereometri, geometri, dan lain-lain. Di samping itu, masih banyak metode yang dikembangkan oleh individu-individu pecinta matematika, yang kadang dikait-kaitkan dengan angka misteri dalam dunia sulap.

Semua konsep yang dikembangkan untuk menarik anak-anak agar mencintai matematika adalah bagus. Karena, bagaimana pun pelajaran matematika sangat penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang lain. Betapa pentingnya matematika dalam kehidupan, diungkapkan Bertrand Russel, seorang filsuf yang menggumuli logika. Matematika, kata Russel, adalah logika kehidupan. Tanpa logika, kehidupan tidak akan pernah berkembang dan tidak akan pernah dewasa.

Teman-teman dan guru-guru sekolah, mari kita cari metode pengajaran matematika yang menyenangkan untuk anak-anak. Bagaimana caranya, terserah kreativitas masing-masing guru. Yang penting: bagaimana anak-anak menyukai pelajaran matematika. Guru harus bisa membuka wawasan anak, bahwa matematika itu menarik, menyenangkan, dan menggemaskan!

Yulia Ervinawati, S.Pd

(Guru Matematika UPT SMP Negeri 1 Merakurak)